ANALISIS MANAJEMEN PROSES BISNIS PADA PT ACE HARDWARE INDONESIA TBK

        ANALISIS MANAJEMEN PROSES BISNIS PADA

        PT. ACE HARDWARE INDONESIA TBK

 


Disusun Oleh :

 

Putri Yunisa Anwar (432180100117)

Muhammad Farhan Fadhlillah  (432180100171)

Annisa Fiatin Nahira (43219010180)

Muhammad Ilham (43219010115)

Khalida Fauzia Septiani (43219010103)

 

DOSEN PENGAMPU : YANANTO MIHADI PUTRA, SE, M.Si

   

UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2021

 

 

 

A.    ABSTRAK

Ace Hardware adalah perusahaan yang bergerak dibilang pembelian dan penjualan  berbagai alat - alat rumah tangga dan perkakas. Sebagai distributor alat - alat rumah tangga dan perkakas Ace Hardware di jakarta, memiliki banyak pesaing. Hal ini di sebabkan semakin banyaknya distributor alat - alat rumah tangga dan perkakas yang baru  bermunculan di jakarta, sekitar 30 ditributor perusahaan yang ada saat ini menjadi  pesaing Ace Hardware. Para pesaing Ace Hardware menggunakan strategi yang sama dalam pemasarannya yaitu memberikan harga murah dan fasilitas kredit dengan jangka waktu yang cukup lama. Dalam menghadapi persaingan Ace Hardware harus selalu dapat memonitor keadaan pangsa pasar.

Dewasa ini banyak perusahaan yang percaya bahwa dengan memberikan pendekatan yang baik terhadap konsumen, mampu meningkatkan keberhasilan terhadap bisnis mereka. Pengukuran kepuasan konsumen merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Apabila konsumen merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidak efisien. Terlebih perusahaan yang menjual produk atau jasanya langsung ke
konsumen (end user), salah satunya perusahaan yang berada di industri retail. Dalam persaingan bisnis di industri ini, syarat agar suatu perusahaan dapat sukses dalam persaingan adalah dengan berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan konsumen (Nurhikmat, 2013). Agar tujuan tersebut tercapai, maka setiap perusahaan har us dapat menghasilkan dan menyampaikan barang dan jasa yang diinginkan konsumen sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya

Menurut Kotler dan Keller (2009), seorang konsumen mampu
mendapatkan suatu titik kepuasan ketika produk atau jasa yang dibeli memberikan outcome berupa manfaat yang sesuai atau bahkan melebihi harapan  konsumen. Konsumen mencapai titik kepuasan jika manfaat yang dirasakan terhadap suatu produk atau jasa sama atau bahkan melebihi harapannya. Sedangkan konsumen akan tidak puas jika apa yang dirasakan terhadap suatu produk atau jasa berada di bawah harapannya (Arnold Barnett dan Anthony Saponaro, 1985).

Mowen (2000) menyatakan bahwa kepuasan konsumen adalah keseluruhan perilaku yang muncul setelah membeli atau menggunakan sebuah produk atau jasa. Bagi perusahaan, kegiatan pemasaran tidak hanya sekedar mencari keuntungan semata, tetapi lebih mengarah kepada pemenuhan kebutuhan dan kepuasan konsumen dalam jangka panjang yang dapat membuat konsumen dapat melakukan pembelian ulang serta menimbulkan loyalitas konsumen kepada perusahaan.

Saat ini bisnis ritel tidak lagi dikelola secara tradisional, melainkan dengan cara modern sehingga menjadi bisnis yang menjanjikan. Perkembangan bisnis ritel saat ini memberikan banyak pilihan alternatif pada konsumen sebagai tempat berbelanja demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Semakin maraknya ritel modern tentu akan menimbulkan persaingan sesama ritel modern sejenis.

ACE Hardware Corporation (AHC) merupakan perusahaan ritel global yang didirikan oleh Richard Hesse pada tahun 1924 di Chicago, Amerika Serikat, Dan sejak saat itu, AHC terus berkembang pesat. Kemudian pada tahun 1995, PT ACE Hardware Indonesia, Tbk. didirikan sebagai anak perusahaan dari PT Kawan Lama Sejahtera dan berperan sebagai penguasa pemegang franchise atau lisensi merk ACE Hardware dalam negeri, yang ditunjuk oleh ACE Hardware Corporation, USA. Di Amerika Serikat, ACE Hardware dikenal sebagai toko kecil tempat para pekerja bangunan berbelanja. Namun ketika dibawa ke Indonesia oleh PT Kawan Lama Sejahtera, ACE Hardware berubah menjadi toko peralatan dan gaya hidup untuk kalangan menengah atas (Wicaksono, 2012, p. 4). Saat ini ACE merupakan perusahaan penyedia home improvement and lifestyle items paling lengkap di Indonesia dengan lebih dari 100 gerai yang terletak di kota-kota besar (situs resmi ACE Hardware Indonesia http://www.acehardware.co.id). 

 

B.     PENDAHULUAN

Tujuan dari banyak perusahaan saat ini adalah untuk dapat memaksimalkan nilai pelanggan dan bisnis perusahaan. Salah satu cara yang dapat dipakai oleh tiap perusahaan adalah dengan menggunakan teknologi informasi untuk mendukung para pegawai perusahaan dalam mengimplementasikan proses bisnis yang bekerja sama dengan para pelanggan, pemasok dengan pihak lainnya. Saat ini perusahaan menekankan sistem informasi dan teknologi informasi yang harus dikelola untuk mendukung proses bisnis suatu perusahaan.

Industri Ritel adalah industri yang sudah mendominasi kehidupan masyarakat Indonesia sejak dahulu. Hal ini ditandai dengan tersebarnya warung dan toko kelontong hampir disetiap daerah mulai di pedesaan hingga kota besar. Industri ritel diklaim tidak akan terkena imbas krisis Eropa dan Amerika secara langsung. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memperkirakan, pada 2013, omzet ritel modern diperkirakan tumbuh 10% – 11%, dengan total penjualan mencapai Rp150 triliun. Pertumbuhan sektor ritel pada 2014 diperkirakan meningkat dari tahun sebelumnya sejalan dengan proyeksi Pertumbuhan ekonomi domestik yang lebih baik (Nurhikmat, 2013). Persaingan pada industri ritel pun menjadi marak di Indonesia dan berdampak pada banyaknya perusahaan yang kerap melakukan inovasi dalam peningkatan pelayanannya pada konsumen. Para pelaku industri ritel percaya bahwa kemampuan menjaring konsumen menjadi strategi utama dalam pemasaran karena konsumen yang tidak puas akan beralih ke perusahaan pesaing. Zeithaml, Berry, dan Parasuraman (1988) mengemukan bahwa terdapat lima dimensi pokok pada teori SERVQUAL yang mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu tangibles (bukti fisik), reliability (kehandalan), responsiveness (ketanggapan) assurance (jaminan), dan empathy (kemudahan komunikasi). Namun, teori ini dikembangkan oleh Dabholkar, Thorpe, dan Rentz (1996) menjadi teori Retail Service Quality Scale yang juga memiliki 5 dimensi pokok dan dapat mengukur kualitas pelayanan, yaitu physical aspects, reliability , personal interaction, problem solving, policy. Permasalahannya adalah apakah strategi pelayanan dari teori tersebut sudah cukup efektif. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk membuktikan dugaan tersebut dengan kepuasan konsumen sebagai fokus utama.

 

C.    LITERATUR TEORI

Menurut Kotler dan Keller (2012) pelayanan atau jasa adalah setiap
tindakan yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lainnya yang pada
dasarnya bersifat intangible dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun.
Kotler dan Keller (2012) mengungkapkan bahwa pelayanan memiliki empat
karakteristik utama, yaitu :

1.                   Tidak Berwujud (Intangibility)

Tidak seperti produk, pelayanan sulit didefinisikan karena tidak dapat dilihat, dirasakan, didengar dan tidak memiliki aroma sebelum layanan tersebut dibeli. Jika barang merupakan suatu benda, maka layanan hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak dapat dimiliki. Kualitas pelayanan dapat dilihat melalui tempat, orang, peralatan, bahan-bahan komunikasi, simbol dan harga. Oleh sebab itu, penting bagi penyedia layanan untuk mengelola bukti tersebut dan mewujudkan yang tidak terwujud.

2.                   Tidak Terpisahkan (Inseparability)

Pelayanan tidak dapat dipisahkan antara tempat atau waktu dari sarana produksi atau produsen yang menghasilkan layanan tersebut. Dengan kata lain semua kegiatan produksi layanan dan konsumsi layanan tersebut dilakukan secara bersamaan.

3.                   Bervariasi (Variability)

Pelayanan sangat bervariasi dikarenakan kualitasnya bergantung pada siapa, kapan dan dimana pelayanan tersebut dihasilkan.

4.                   Tidak Tahan Lama (Perishability)

Pelayanan tidak dapat disimpan, oleh sebab itu ketika permintaan akan pelayanan meningkat maka akan muncul permasalahan. Untuk mengatasi permasalahan yang timbul, penyedia layanan harus menggunakan strategi untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran.

Menurut Lovelock dan Wirtz (2011), kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan konsumen. Hal ini dapat diartikan bahwa kualitas pelayanan merupakan suatu upaya yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono dan Chandra, 2005). Kualitas pelayanan juga merupakan suatu penilaian global atau sikap yang berkaitan dengan keunggulan layanan dan dijelaskan melalui evaluasi dari hasil dan proses pelayanan (Parasuraman, Zeithaml, dan Berry,1988).

 

D.    PEMBAHASAN

Dalam menganalisis proses bisnis, langkah utama yang diperlukan adalah melakukan penganalisisan terhadap area bisnis. Tujuan dari analisis area bisnis adalah untuk mengetahui berapa besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap teknologi informasi, dukungan dukungan apa saja yang diperlukan perusahaan dalam meningkatkan kualitas dari pelayanan jasa agar dapat bersaing secara kompetitif dengan perusahaan pesaing. Pada bagian pembahasan, menjelaskan bagaimana peneliti mengolah data penelitian, peneliti mengolah data dengan menggunakan software statistik yaitu SPSS.

PT ACE Hardware Indonesia Tbk (AHI) telah mengadopsi praktik Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) dengan pelaksanan yang konsisten. Sejak didirikan, Perseroan telah menjadikan GCG sebagai pedoman standar dalam pengelolaan usaha berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, independensi, akuntabilititas, tanggung jawab dan kewajaran.

Penerapan prinsip-prinsip GCG di lingkungan Perseroan dapat dijabarkan sebagai berikut:

  1. Transparansi - Prinsip transparansi telah diterapkan dalam pengambilan keputusan, penyampaian informasi yang relevan dan material tentang Perseroan bagi kepentingan seluruh pemangku kepentingan.
  2. Independensi - AHI dikelola secara profesional tanpa dipengaruhi oleh pihak manapun dan/atau oleh konflik kepentingan apapun yang tidak sesuai dengan aturan dan prinsip-prinsip GCG.
  3. Akuntabilitas - Perseroan memiliki kemampuan untuk mengelola operasi secara efektif karena kejelasan fungsi, kedudukan dan tanggung jawab para eksekutif Perseroan, berdasarkan tujuan strategis Perseroan, pengawasan efektif Dewan Komisaris dan akuntabilitas terhadap Perseroan dan para pemegang saham.
  4. Tanggung jawab - Dalam menjalankan Perseroan, manajemen AHI sepenuhnya bertanggung jawab terhadap semua keputusan eksekutif maupun manajemen, dan bertanggung jawab untuk menjaga kepatuhan terhadap peraturan dan prinsip-prinsip operasional Perseroan yang baik.
  5. Kewajaran - Kebijakan Perseroan telah sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan menurut hak-hak para pemangku kepentingan yang timbul dari kesepakatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perseroan menghadapi risiko-risiko usaha sebagai berikut:

           Usaha Perseroan tergantung pada kemampuannya untuk mempertahankan keberadaan perjanjian

           lisensinya

           Usaha Perseroan bergantung pada hubungan dengan Kawan Lama

           Kemungkinan kegagalan dalam mengimplementasikan strategi perkembangannya

           Perluasan ragam produk dapat menimbulkan risiko tambahan

           Perseroan menghadapi risiko sehubungan dengan perubahan selera konsumen maupun

           kecenderungan pembelanjaan

           Perseroan menghadapi risiko sehubungan dengan penyewaan properti dan keragaman kondisi dan

           persyaratan penyewaan tersebut

           Usaha Perseroan bergantung pada infrastruktur distribusi milik sendiri maupun pihak ketiga

           Persediaan barang dagang berputaran rendah dapat berdampak negatif secara signifikan terhadap

           usaha Perseroan

           Perseroan bergantung pada upaya manajemen kunci

           Kegiatan Usaha Perseroan memerlukan sumber daya manusia yang signifikan

           Perseroan bergantung pada hak properti intelektual yang dimiliki oleh pihak lain

           Dampak negatif yang signifikan terhadap Perseroan dapat terjadi dari keluhan-keluhan, pemberitaan

           yang negatif ataupun litigasi terhadap produk-produknya

           Risiko valuta asing

           Industri ini bersifat kompetitif dengan barrier of entry yang terbatas

           Kinerja Perseroan dapat dipengaruhi kondisi perekonomian yang kurang kondusif

           Kinerja Perseroan dapat dipengaruhi oleh menurunnya pasar properti Indonesia

           Perubahan atas peraturan maupun kebijakan Pemerintah pada sektor ritel

ACE berusaha untuk menjadi pemimpin dalam konsep "Do-It-Yourself" (kerjakan secara mandiri), yang berarti, kami tak hanya menyediakan produk, namun juga pengetahuan yang diperlukan dalam memasang, mengoperasikan, serta memelihara produk tersebut dengan tepat - agar didapat nilai manfaat maksimal. Harapan kami, dengan bantuan ACE, semua orang dapat menjadi ahli.

Sementara konsep "The Helpful Place" menjadi jawaban dari beraneka kebutuhan yang jamak ditemui pelanggan sehari-hari. Selain melalui koleksi lengkap produk, kami terus berinovasi dalam memberikan layanan terbaik, dari presales hingga aftersales, di antaranya Free Delivery Service, Free Installation, 10 Days Return Policy, Price Guarantee, dan lain sebagainya. ACE menawarkan bukan sekedar transaksi jual beli barang secara konvensional, namun lebih dari itu, pengalaman berbelanja yang memberi nilai lebih (rewarding shopping experience).

Komitmen ACE Hardware Indonesia dalam memberikan kemudahan dan kepuasan kepada pelanggan juga didukung dengan tersedianya pembelanjaan secara online. Saat ini Anda dapat menikmati kemudahan berbelanja berbagai produk ACE Hardware dengan praktis, mudah dan cepat secara online melalui ruparupa.com selaku anak perusahaan dari PT Kawan Lama Sejahtera.

 

E.     KESIMPULAN

 Kesimpulan dari artikel ini Ace Hardware adalah perusahaan yang bergerak dibidang penjual belian alat rumah tangga dan dari segi berinteraksi dengan pelanggan perusahaan ini sangat baik dan memaksimalkannya. Serta untuk perusahaan saat ini adalah semua telah menjamin nilai pelanggan dan bisnis perusahaan. Salah satu cara yang dapat dipakai oleh tiap perusahaan adalah dengan menggunakan teknologi informasi untuk mendukung kinerja para masyarakat perusahaan (karyawan/pegawai). Dalam menganalisa bisnis peran utamanya yaitu dengan menganalisa terhadap analisa bisnis yang bertujuan untuk menilai berapa besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap teknologi informasi, serta mengevaluasi kinerja perusahaan

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Putra, Y. M., (2021). Definisi Konseptual Manajemen Proses Bisnis. Modul Kuliah Manajemen Proses Bisnis. Jakarta : FEB-Universitas Mercu Buana.

Haryono, A., & Rimawan, E. Improvement of Business Process Modeling in Small and Medium Industries (Smis) to Sustain in Global Economic Competition. Operations Excellence, 9(1), 34-43.

Nusraningrum, D., Jaswati, J., & Thamrin, H. (2020). The Quality of IT Project Management: The Business Process and The Go Project Lean Aplication. Manajemen Bisnis, 10(1), 10-23.

Purba, H.H., Aristiara, N., & Muda, I. (2018). Implementation of Business Process Improvement to Reduce Wastes: A Case Study in Grand Piano Assembly Process. Journal of Scientific and Engineering Research, 5(5), 511-527.

https://corporate.acehardware.co.id/files/uploads/pageattachment/uri/2018/Aug/16/5b752d1490df0/prospektus-aces.pdf

https://www.acehardware.co.id/company

Comments

Popular posts from this blog

ANALISIS SIKLUS MANAJEMEN PROSES BISNIS PADA PT. ACE HARDWARE INDONESIA TBK

Implementasi Model Diagram Business Process Modelling Natation (BPMN) pada PT. Ace Hardware Indonesia Tbk